WONOGIRI - Olahraga tinju dikalangan masyarakat sangat identik dengan adu kekuatan, dimana olahraga semacam ini dibutuhkan stamina yang prima juga mental yang kuat. Di Wonogiri muncul petinju cilik, yakni Asep Jainudin Sutomo yang masih berusia 17 tahun. Bayangkan saja,Asep yang kini bersekolah di SMAN 3 Wonogiri, namun dari gerakan dan kelincahannya diatas ring tinju sungguh menajubkan, “Saya ingin menjadi petinju yang professional seperti Crist John” katanya kepada wartawan di rumahnya pekan lalu.
Untuk itu bocah ini selalu meluangkan waktunya untuk berlatih dan berlatih untuk bisa mewujudkan cita-citanya tersebut. Asep yang lahir 1 Januari 1996 ini mempunyai tinggi badan 163 cm dan berat 51 kg dan tercatat sebagai petinju amatir kelas terbang . Sedangkan dalam setiap pertandingan ia mempunyai julukan Amstrong Yunior. Sebutan itu diambil, karena ayahnya sekaligus pelatihnya, Sutomo adalah bekas juara nasional tinju yang bermarkaskan disasana Amstrong, Pasar Minggu Jakarta Selatan.
Menurut Sutomo, untuk membentuk juara nasional seperti pada saat kejayanya, sangatlah sulit, karena dibutuhkan biaya dan kerja keras yang begitu gigih. Lebih lanjut ia mengatakan, untuk mencetak seorang petinju yang tangguh selama ini ia harus merogoh koceknya sebesar Rp. 100.000 untuk biaya makan seorang petinju setiap harinya. Seorang petinju, katanya, dibutuhkan stamina dan teknik berlaga yang handal, “Sekalipun tekniknya bagus tanpa ditunjang gizi yang memadai, maka seorang petinju tidak akan tahan pukul”
Sebab makanan untuk petinju bukan sembarangan, karena untuk mendapatkan petinju yang baik, perlu pola makan yang sehat, diantaranya terdiri dari susu , telur dan roti serta tambahan gizi lainnya. Asep ini merupakan anak sulung dari Sutomo yang memang saat ini ia didik dengan keras untuk membentuk Asep agar menjadi seorang juara tinju yang mampu membawa nama Wonogiri diajang kejuaraan tinju nasional. Yang mana olahraga ini sangat langka peminatnya.
Asep sendiri ketika diwawancarai wartawan mengatakan, dirinya sangat terobsesi ingin seperti ayahnya yang mantan juara nasional. Sehingga setidaknya selama 3 jam setiap harinya ia berlatih untuk menjaga staminanya. Kini dirinya sudah siap dengan berbagai teknik yang telah ia kuasai selama ini. Latihan rutin yang ia jalani antara lain lari sejauh 1 km, phisik, teknik dan shadow boxing yang ia lakukan dengan penuh semangat seperti semangat petinju idolanya, yaitu Christ Jhon dan juga ia sangat terinspirasi dengan gaya-gaya pukulan bapaknya yang menurutnya mempunyai kekhasan sendiri dibandingkan dengan petinju lainnya. Selain bercita cita sebagai petinju, ia juga berkeinginan menjadi tentara yang mengutamakan kedisiplinan didalam hidupnya. (Cahyo)
Posting Komentar